Seks yang Sehat (Sys) adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh suami istri yang sah yang memuaskan kedua belah pihak. Tentunya tanpa salah satu pihak baik istri ataupun suami mengalami keterpaksaan. Karena ini adalah suatu interaksi tentunya sangat diperlukan kerjasama dan saling pengertian. Satu hal yang tak bisa dipungkiri bila merasakan adanya kekurangan atas hubungan mereka, pasti lambat laun hubungan keduanya akan ada permasyalahan.
Kenikmatan puncak para suami tentunya ditandai dengan adanya ejakulasi, sedangkan untuk kaum wanita mengalami orgasme dalam waktu berhubungan. Permasyalahan yang paling sering dalam mendapatkannya lebih banyak dialami oleh para Istri, yang tidak dapat orgasme setiap berhubungan. Malah ada yang tidak pernah merasakan sensasi seperti apa itu orgasme. Tentunya sangat disayangkan padahal setiap kita mempunyai potensi untuk dapat meraihnya.
Bila hal ini yang terjadi selalu disalahkan adalah para suami, yang tidak mampu memuaskan istrinya, terlalu cepat ejakulasi, kurang variasi, terlalu egois ataupun tak mau mengerti keinginan istri. Dan bisa dipastikan pendapat masyarakat umum suami mempunyai kewajiban harus bisa memuaskan sang istri.
Disinilah letaknya kesalahan kita semua, sang suami merasa kewajibannya sedangkan istri hanya mengantungkan harapan kepuasannya pada sang suami. Kalau dia tidak mendapatkannya sang suamilah orang yang paling patut dipersalahkan. Tahukah anda bahwasanya kenikmatan yang akan kita peroleh dan harapkan itu memang hak kita. Tentunya kita masing-masinglah yang bertanggung jawab untuk bisa meraihnya. Jangan salahkan suami, karena dia tidak akan pernah tahu seperti apa persisnya yang diinginkan sang istri, seperti apa tekanan yang pas, usapan yang mengena ataupun ciuman yang menggairahkan. Terlebih lagi kalau tidak adanya komunikasi yang terbuka diantara keduannya. Suami hanya bisa menerka-nerka saja dengan hanya melihat respon yang diberikan, dan lebih celaka lagi kalau respon ngak ada sama sekali, entah enak atau tidak, sakit maupun menggelikan yang akhirnya membuat sang suami menjadi frustasi. Dan yang jelas suami hanya tahu apa yang enak baginya dan bagaimana dia bisa mendapatkannya.
Disinilah kita perlu membuka wacana bahwa puas, orgasme atau tidaknya sang istri adalah kewajiban dan tanggung jawab dia sendiri. Caranya bagaimana?
Tentunya sang istri juga bergantian mengambil peran yang sama melakukan apa yang dia suka dan aktif dalam berhubungan tersebut tidak hanya sekedar menerima saja.atau diistilahkan sang istri juga bergabtian memegang kendali. Hubungan seperti ini bukan berarti masing masing berjalan sendiri-sendiri. Tetapi saling bergantian memberi dan menerima apa yang disukainya tentunya akan menyenangkan kedua belah pihak.
Hambatan utama disini adalah sang istri merasa enggan berbuat demikian karena takut dibilang bukan wanita baik-baik dan tidak boleh menampakkan keinginannya. Hal ini dibuktikan dengan sangat jarangnya pihak istri yang lebih dahulu mengambil inisiatif dalam memulai berhubungan. Semua kegiatan seksual semuanya tergantung sisuami, kalau suami mau ya dilayani kalau tak ada tanda-tanda ya dongkol sendiri.
Untuk mencapainya kondisi atau posisi yang paling ideal adalah bergantiannya suami dan istri diatas (posisi misionary). Jangan takut untuk melepaskan apa yang dirasakan dan mengerjakan apa yang diingikan, tentunya dalam batas yang normal.
Mungkin hal ini sekarang sudah mulai berkurang dengan lebih terbuka masyarakat membicarakannya, tapi saya yakin tidak sedikit yang masih mengalami dan hidup dengan kondisi demikian.
Jadi ketidakpuasan anda jangan di limpahkan kepasangan anda. Sedangkan untuk makan saja hanya andalah yang paling tau seberapa banyak cabe yang anda campurkan di nasi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment